Senin, 30 Mei 2011

KEPRIBADIAN

1.      Tipe Kepribadian
Kepribadian manusia sangat bermacam-macam oleh karena itu segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu karena mereka berpendapat bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) membagi tipe kepribadian menjadi tiga, yaitu:
a.       Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
b.       Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
c.        Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Kretchmer dan Sheldon, membagi tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
a.       Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
b.       Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
c.        Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic). Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) menyatakan tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
a.       Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
b.       Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
c.        Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
a.    Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
b.    Anak yang biasa-biasa saja.
c.    Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Beberapa kasus mengenai kepribadian:
1.      Narsisme (cinta diri berlebihan)
Termasuk dalam gangguan kepribadian (Personality Disorder). Mereka terpusat pada diri sendiri, diasyikkan oleh fantasi keberhasilan yang hebat dan sangat menuntut pengarahan dan perhatian dari orang lain. Sangat peka hubungan interpersonal terganggu karena kurang empati. Mengambil keuntungan dari orang lain, dan merasa tidak berarti (harga dirinya rapuh). Menginginkan orang lain melakukan yang terbaik, tanpa keinginan untuk membalas kebaikan orang lain.
2.      Masokisme (benci diri berlebihan)
Biasanya berhubungan dengan sadistik. Termasuk gangguan seksual (Sexual Disorder). Sadistik mengalami kepuasan seksual dengan menyiksa pasangannya dan masochistik puas dengan menjadi obyek yang disakiti.

3.      Obsessive-Compulsive Disorder,
Termasuk dalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). Obsesif biasanya diikuti oleh kompulsif. Obsesif: pikiran dan gambaran yang teguh/menetap dan mengganggu yang menjadi “sesuatu yang tidak diundang” atau datang secara tiba-tiba pada pikiran secara irasional dan tidak dapat dikendalikan oleh individu yang mengalaminya. Obsesi juga dapat berupa rasa ragu yang ekstrim, penundaan, dan ketidakmampuan mengambil keputusan. Bentuk ObsesifO. Doubts, O. thinking, O. impuls, O. Fears, O. Images
Orientasi Diri (Form)
Orientasi yaitu tujuan (dan bertindak sesuai tujuan tersebut) yang hendak dicapai oleh seseorang, kelompok, serta kumpulan atau organisasi. Orientasi lebih luas dari sekedar tujuan (dan juga bukan tujuan akhir) karena menyangkut keseluruhan tindakan, sikap, usaha, serta berhubungan erat dengan misi dan visi yang akan (hendak) dicapai.
Setiap individu memiliki orientasi diri, antara lain sebagai berikut:
a.    Produktif (pribadi sehat), Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya.
b.    Tidak Produktif (pribadi tidak sehat), Adalah pribadi penerima, pemeras, tertutup dan memasarkan apa yang ia miliki.
c.    Implikasi Mental Sehat, dan Cara Menciptakannya. Mental sehat menurut Thacheray (1979) memiliki ciri sebagai berikut:
1)   Memiliki perasaan bahwa dirinya berharga
2)   Kepuasan akan peranan dalam hidupnya
3)   Hubungan baik dengan orang lain
Menurut Nana S. Sukmadinata (2003) upaya untuk menciptakan mental sehat antara lain:
1)      Lingkungan sosial psikologis yang sehat dan wajar
2)      Interaksi dengan kasih sayang dan penghargaan
3)      Pemeliharaan kesehatan fisik
4)      Menyediakan berbagai bentuk kegiatan dan pengalaman belajar.[1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar