Selasa, 10 Mei 2011

Tafakur


Sebuah renungan yang Insya Allah bermanfaat:
Manusia.
Manusia adalah seonggok tubuh yang penuh dosa.
Penuh kehinaan.
Pernahkah kita menghitung berapa dosa yang telah kita lakukan hari ini, minggu kemarin, bulan kemarin atau setahun yang lalu?.
Ingatkah kita, apa yang kita bicarakan dengan teman ketika menunggu bus kota saat pergi beraktifitas? Kita membicarakan si ‘fulan bin fulan’ tentang keburukan sikapnya, atau kita menggunjingkan bos kita yang sering marah-marah gak jelas, atau kita membicarakan sesuatu yang terlarang oleh Allah. Belum lagi kekesalan kita pada tetangga semalam yang menyetel radio sekeras mungkin, seakan di kompleks ini bakalan ada pesta rakyat, belum lagi pagi ini, sewaktu alarm telah berteriak dan menjerit untuk membangunkan kita, kitanya malah kesal…seharusnya kita bersyukur karena alarm itu telah membangunkan kita dari tidur yang lelap yang dibuai oleh setan-setan yang membuat kita lupa tahajjud dan telat sholat subuh.
Pernahkah kita merenungi, kalau sholat kita masih sring bolong-bolong? Puasa hanya tinggal sebagai syarat. Ketika keikhlasan hanya tinggal dongeng sebelum tidur? Saat kesombongan menjadi makanan kita, saat riya dan ingin dipuji menjadi pakaian kita, disaat keangkuhan menjadi kekuatan kita.
Sudah pernahkah kita menghitung semua dosa-dosa kita yang diatas?
Seandainya dosa-dosa itu berupa materi, tentulah lautan pasifik dan atlantik tak kan pernah sanggup menampung dosa-dosa kita ini.
Namun cobalah sobat pikirkan, seandainya pahala itu berupa materi, tentulah pahala yang kita peroleh barulah sebanyak air dalam cangkir.
Semua itu tidak akan pernah sanggup menutupi segala dosa-dosa kita yang seluas samudara atlantik dan pasifik.
Tidak akan ada pengaruhnya sobat, secangkir air tawar dibuang ke laut, itu tidak akan mengurangi asinnya air laut.
Seperti itulah, semua pahala-pahala kita tak akan sanggup menutupi semua perbuatan hina yang pernah dilakukan jasad, fikran dan ruh ini.
Hanya satu hal yang akan menutupi itu semua..
Itulah ‘taubat’
Menjaga diri agar tetap suci dari segala bentuk kehinaan dunia
Pintu taubat yang selalu terbuka sejak kita lahir sampai nyawa ini diambil kembali…
Ingatlah sobatku, jika nafas ini telah dikerongkongan..pintu taubat akan segera tertutup rapat bagi diri ini, tidak ada yang akan sanggup membukanya.
Apakah kita ingin pada saat itu kita baru menyadari dosa-dosa yang telah kita perbuat? Apakah kita ingin bertaubat ketika segerombolan malaikat maut telah berkumpul mengelilingi kita? Apakah kita menyesali semuanya setelah malaikat Israil telah membentangkan sayap-sayapnya di depan mata ini?
Disaat itu tiada lagi pintu taubat, wahai sobatku…
Kita hanya mempertaruhkan detik demi detik yang akan membawa ruh ini sebagai bahan bakar di jahannam. Tempat sehina-hinanya manusia.
Tidak berarti lagi tetes air mata, tidak berarti lagi taubat nasuha, tidak berharga lagi kata maaf dan rintihan pedih minta pengampunan.
Pada hari itu semua telah jelas…
Catatan amalan telah bersaksi…
Pengadilan Allah telah jelas nyata didepan mata…
Kita tidak akan memiliki seorang pengacara pun…
Karena semuanya telah jelas…
Pengadilan hari itu tidak akan berbelit-belit, tidak ada kata ’sidang dilanjutkan minggu depan’, itu tidak akan pernah terjadi.
Pada sidang ini kita tidak lagi bisa menyelipkan amplop agar hukuman kita diperingan, sebagai mana seringnya kita lakukan di dunia.
Cukup sebuah kitab amalan yang menjadi saksi, maka Allah akan memutuskan hukuman bagi diri yang hina ini.
Kitab amalan tidak akan pernah berdusta, karena ia bukan manusia seperti kita yang rela berdusta demi kehidupan sesaat.
Kitab amalan tidak akan pernah menambah dan mengurangi segalanya, dia adalah kitab yang paling jujur, karena dia bukan manusia yang seringkali merekayasa segala sesuatunya demi kenikmatan sesaat.
Sadarlah mulai dari hari ini…
Mulai dari detik ini…
Karena maut selalu mengintai bagaikan bayang-bayang dibelakang kita. Kita tidak akan pernah tahu kapan diri ini dijemput menuju pengadilan Allah, kapan diri ini disusung dalam keranda mayat dan entah kapan diri ini merasakan malam pertama di alam kubur.
Siapkah kita untuk itu? Mungkin saja ini kali terakhir kita bercengkrama dan ketawa bersama. Satu jam lagi belum tentu ada untuk kita, minggu depan belumlah pasti untuk kita lalui, apalagi bulan depan…
Siapkanlah segala sesuatunya untuk menghadapi itu semua…semua orang pasti akan melewatinya. Menghadapi prosesi sakral menghadap Allah, menuju asal tempat kita pernah mengusung perjanjian untuk tetap setia pada Allah.
Apakah kita sudah merasa sombong dengan semua amalan yang kita lakukan?
Apakah kita sombong dengan segala sedekah yang kita berikan?
Apakah kita merasa puas dengan sholat yang kita kerjakan?
Sadarkanlah diri ini akan sebuah siksaan Allah.
Bertaubatlah…
Walaupun diri ini telah berlumur dosa
Walaupun dosa-dosa ini telah memenuhi jagad ini
Janganlah berputus asa akan pengampunan Allah..
Masih ada jalan menuju cahaya Allah…
Allah pernah berfirman dalam Surat az-Zumar [39]: 53
Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Begitu maha penyayangnya Allah…
Allah rela memberikan diri ini sebuah kesempatan untuk segera bertaubat sebelum ajal menjemput.
Allah telah begitu sayang kepada kita, karena Allah telah memberikan peringatan kepada kita sebelum kita disholatkan
Gunakanlah kesempatan yang Allah berikan ini.
Bertaubat atas segala dosa-dosa yang pernah menjadi menu keseharian kita.
Menangislah dipenghujung malam
Dalam gelapnya kesunyian malam
Bermunajatlah memohon ampun kepada Allah
Merintihlah, memohon ampun selama kita mash diberikan kesempatan untuk itu.
Mengislah kepada Allah, karena tidak semua orang mampu menagis kepadaNya.
Menangislah atas ampunan kepada Allah, karena itu tandanya Allah masih sayang padamu, masih tersenyum dan membuka pintu taubat bagi dirimu.
Bertaubatlah sebelum pintu hati ini ditutup oleh Allah sehingga air mata taubat tidak akan pernah mengalir, karena hati ini sudah keras bagai batu.
Bersiaplah untuk menghadapi sakratul maut
Bersiaplah untuk diusung menuju tempat terakhir.
Bersiaplah menuju pengadilan Allah.
Semoga kita dimudahkan untuk menjalani hidup ini dengan penuh ketawadhu’an hanya pada Allah, semoga Allah masih mau memalingkan wajahNya untuk menatap dan tersenyum kepada kita, semoga mata ini terus menangisi segala dosa yang telah diperbuat dan semoga pintu hati ini selalu terbuka untuk tetap istiqomah dalam jalan yang lurus ini dan semoga surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai menjadi tempat kita di akhirat nanti…
Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar